Maaf, Harus Kita Lewati Dengan Menelan Perih

Sesak di bulan Maret adalah penyatuan antara kesepian, kesendirian, engkau dan masa lalu. Ditemani rintik kerinduan kali ini aku hanya ingin menyampaikan deretan permintaan maaf, kepadamu juga masa lalu. Terkait beberapa hal yang membuatmu sedih atau berbagai kisah yang harus dilewati dengan menelan perih. Bahwa pada akhirnya kita harus menerima dan melangkah kembali, menuju hidup yang melipatkan kebahagiaan berulang kali. Maaf..
"Orang bilang, jika kita mencintai seseorang, maka kita harus melepaskannya. Bukan karena kita berhenti mencintai, tapi karena kita tahu dia berhak bahagia. Walaupun bukan kita yang membuat bahagia." Kalimat ini rasanya sangat menusuk bagiku. Ketika aku begitu tulus mencitai, aku harus (terpaksa) ikhlas melepaskan yang belum terggenggam. Jika itu bisa membuktikan besarnya cintaku, akan kulakukan untukmu. Walau, jari-jemariku rasanya membatu ketika harus kurelakan jemarimu pergi.
Aku sudah siap jika harus patah hati lagi. Karena bagiku, patah hati adalah nikmat yang harus kusyukuri. Tak ubahnya itu adalah jawaban dari doa-doaku selama ini. Diberi sesuai yang diminta, diganti dengan yang semisal atau lebih baik, dihindarkan dari petaka, atau diganjar pahala yang besar diakhirat. Tak ada jawaban doa yang merugikan, maka mengapa aku tak bersyukur saja atas hati yang patah se patah-patahnya ini. Betapa tidak, hatiku dihancurkan saat aku sedang memeluknya begitu erat seakan dialah persinggahan terakhirku. Tapi nyatanya, pelukanku tak ubahnya sebuah senjata baginya untuk benar-benar bisa meluluh-lantahkan hatiku yang baru saja pulih dari sakit yang begitu dalam.
Aku sangat bersyukur sekarang, setelah disakiti dengan begitu dahsyat aku akhirnya tahu bahwa sesungguhnya ini adalah cara Tuhan agar aku bisa mencintai dengan lebih baik lagi dan berhati-hati menitipkan hati. Agar tak jatuh dan patah. Lagi.. Sebelum hadir kata kenyamanan pastikan itu cinta, bukan penasaran belaka. Sebab banyak hati-hati yang patah sebelum cinta benar-benar merekah, yang berujung pada saling menyalahkan, menyakiti dan mencaci satu sama lain. Hingga akhirnya tak pernah ada lagi saling sapa akibat kegagalan menanggapi rasa.
Patah hati tak penah bisa dianggap biasa, ada sesak yang hadir disetiap angan yang begitu menginginkan. Ada bosan yang selalu tertolak di tiap harap yang selalu mengingatkan. Jemari lentikmu anggun mengokang laras cinta yang memuntahkan ribuan makna. Dan ketika kucoba melupakanmu, semua benda yang pernah kita sentuh seperti berbicara kembali tentang kamu. Aku tetap percaya masih ada banyak hal baik yang bisa dilakukan dengan cara menyenangkan. Termasuk, melupaakanmu. Jika dulu seelum ada kamu aku bisa bahagia, lantas apa bedanya sekarang saat kamu tak ada. Ketika semua sudah tak seperti biasanya, itu artinya kita harus terbiasa tanpa semuanya.

Elegi Lilin Perindu
12 April 2017

Komentar

Postingan Populer