Bee,

Aku ingin menyapamu dengan tanpa bertanya kabar. Tapi, semoga kamu selalu baik. Semoga Allah selalu memudahkan harimu, menghiasinya dengan senyuman.


Aku ingin tulisan ini menjelaskan semua rasaku, meski aku tahu itu tidak akan mungkin. Akan kucoba untuk menyederhanakannya sesederhana mungkin untukmu. Singkat, tanpa panjang lebar. Tapi berkenanlah terlebih dulu untuk meluangkan waktu. Benarkan posisi tidurmu, buat senyaman mungkin. Hehe


Jika tulisan ini sudah sampai pada kedua bola matamu, aku mohon bacalah dengan penuh maaf. Dari aku yang akan kamu kuatkan dan menguatkan kamu. Dari aku yang akan kamu lengkapi dan melengkapi kamu. Dari aku yang bersama denganmu kita bangun mimpi-mimpi. 


Yang kusebut terkahir, jika suatu saat salah satu mimpi kita harus terhenti di tengah jalan, tolong maafkanlah aku. Mari kita saling menerima, bersama merasakan sulitnya rela, mengikhlaskan impian yang harus disudahi meski belum selesai.


Bee, tahukah kamu? Bahwa dalam diamnya seorang lelaki ketika sudah menikah adalah berpikir tentang bagaimana ia menjaga keistiqamahannya sebagai seseorang yang bertanggung jawab atas istri, anak dan dirinya sendiri. Tentang bagaimana kelak ia mampu menyediakan tempat yang nyaman untuk keluarganya, menyediakan apapun yang istrinya butuhkan, mempersiapkan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Tangis yang jarang ia munculkan ternyata diganti dengan lelap tidurnya. Keluh-kesah yang jarang ia ceritakan ternyata hadir dalam setiap tetes keringat yang selalu diusapnya. 


Pun sama dalam diamnya seorang wanita ketika sudah menikah. Ia selalu berpikir tentang bagaimana ia bisa menjadi madrasah terbaik bagi anak-anaknya. Ia juga selalu berpikir tentang bagaimana menjadi istri yang selalu berhasil membuat suaminya ingin cepat pulang ke rumah. Sebagai satu-satunya tempat suaminya menuju. Ia juga sering kali merasakan kekhawatiran jika masakannya kurang garam, terlalu asin, bahkan tidak enak dimakan. Ia khawatir bahwa pakaian yang dicucinya tidak terlalu bersih. Sebab ia hanya ingin memastikan bahwa anak dan suaminya selalu mengenakan pakaian terbaik, bersih dan sehat. 


Tapi tenanglah bee, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk kamu dan anak-anak kita kelak. Mari bersama untuk tidak menyerah, karena menyerah bukanlah sebuah pilihan. Saling menguatkan dan menenangkan. Saling mengerti dan berkomunikasi. Karena sejatinya, lelaki dan wanita adalah setara dalam fitrahnya. Ingin di sayangi, ingin dicintai, ingin dijaga dan ingin diyakinkan bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja.


Bee, kita harus saling ada, saling menopang, saling berpegang erat, menua bersama, hingga maut memisah. Tidak perlu selamanya, karena bagiku yang selamanya itu tidak ada. Sebab pernikahan tidak hanya butuh cinta, lebih. Jauh lebih dari itu. Harus ada diskusi, peduli, komitmen, iman, tanggung jawab, pengetahuan, pengertian dan saling percaya. 

Komentar

Postingan Populer