Jangan datang memohon rindu padaku
Aku pernah belajar melepaskanmu bekali-kali. Melepasmu pergi dari kehidupanku yang tak lebih penting dari kesibukamu. Membiarkan kesempatan memilikimu hilang, seperti daun yang jatuh tidak pernah menyalahkan sang angin. Sebab kamu berhak bahagia, meski sesungguhnya aku tidak bahagia atas keputusanku itu. Ketidakberanianku mengikatmu dan aku yang tak penting di hidupmu membiarkanmu lepas begitu saja. Kupikir hidup akan baik-baik saja, semua harus berjalan seperti sedia kala. Namun, aku keliru. Melupakanmu ternyata tidak pernah semuda itu. Namun logikaku harus tetap berjalan, berapa kali aku harus memungut kepingan-kepingan hatiku yang bercecer. Harus berapa kali lagi air mata jatuh karenamu, karena bagiku sebagai seorang lelaki air mata yang jatuh hanya untuk orang-orang tersayang.
Ketika cintamu hanya fatamorgana, saat itulah akhirnya aku benar-benar belajar untuk melepasmu. Ketahuilah cantik, itu kulakukan bukan karena aku sudah tak lagi mencintaimu. bukan juga karena sayangku sudah habis di dalam hati. Namun, aku sadar bahwa mencintaimu sendirian bukanlah cinta yang wajar atau memang dihatimu tak pernah bisa tumbuh cinta untukku. Semua isyarat yang kau tunjukkan hanya demi kenyamananmu seorang diri. Ucapan cintamu hanya untuk memberiku semangat membuatmu tersenyum. Kata sayangmu hanya semu agar aku tak pergi darimu, tak meninggalkanmu di dasar sendirian. Dadaku rasanya sangat sesak saat semua benda-benda yang pernah kita sentuh mulai berbicara, seolah-olah menyuruh memperjuangkanmu untuk ketiga kainya. Hanya tawa lepas kita yang muncul dari semua benda itu, yang seakan tak ada sakit, kesal dan kecewa oleh tunggu yang tak kunjung menuai temu.
Aku berselimut rindu, berkasurkan kecemasan, dan berbantalkan luka. Itulah mengapa aku melepasmu. Sebab jika memang semua yang kau ucapkan tulus dari hatimu, kau pasti akan datang. Tapi nyatanya, sampai saat ini kaupun tak kunjung datang. Mungkin memang kau hanya ditakdirkan sebatas kisah yang hanya layak tersimpan sebagai kenang. Aku sadar bahwa aku telah mencintaimu dengan terengah-engah, menjadikanmu satu-satunya udara yang kuizinkan mengisi rongga dada. Tapi apa? aku salah, kau hanya membawa polusi yang membuat paru-paruku semakin hancur, terakumulasi mejadi sakit yang begitu perih. Berkali-kali kuingatkan dulu, tapi kau terus mengabaikanku. Namun, terlambat kau sadari. Perasaanku tak lagi utuh untukmu, cukup cobalah kau sedikit mengerti. Semua yang pergi tak selalu kembali. Jangan pernah membayangkan rasanya jadi aku, sangat menyakitkan dan aku yakin kau pun tak akan kuat.
Pernah diriku yang kau bilang kuat ini hampir mati menahan rindu padamu, hingga akhirnya aku lelah sendiri. Kau harus mengerti bahwa cinta bisa lelah menanti. Kau harus terima bahwa kita tak lagi bersama. Jika di hari lalu kau memilih pergi meninggalkan perih dihatiku. Tanamkanlah dalam benakmu. Jika nanti tak kau temukan siapapun seperti ambisimu. Janganlah datang untuk memohon rindu padaku.
Elegi Lilin Perindu
13 April 2017
Komentar
Posting Komentar