Menjadi Tujuan

Pertemuan kita bukan suatu kebetulan. Aku selalu percaya itu dan entah dengan keajaiban apa, Tuhan menyebabkan kita saling berkenalan. Perkenalan itu tak menimbulkan kesan apapun pada awalnya. Aku menganggapmu wanita biasa, aku hanya ingin berkenalan sebagai rekan kerja, berbagi cerita, berbagi apapun yang bisa dibagi. Kamu tak pernah benar-benar tahu tentangku, seperti aku tak benar-benar tahu tentangmu. Kamu tak tahu aku suka menulis, mungkin yang kamu tahu aku hanyalah debu usang sisa perjuangan. Aku tak tahu hal ini dinamakan apa, kita berkenalan memang belum terlalu lama, namun rasanya aku selalu ingin berada di dekatmu juga berada di sampingmu. Kamu memintaku untuk menjadi seperti yang kamu inginkan, namun aku cenderung cuek. Aku selalu ingin menggenggam jemarimu seakan tak mau kehilangan. Tahukah kamu, dari semua perlakuanmu padaku itu membuat aku semakin takut kebersamaan kita tiba-tiba terbelah karena komunikasi kita.
Aku mulai tahu arti tatapan matamu setiap kali kamu membicarakan cinta padaku. Aku mulai mengerti arti genggaman tanganmu setiap kali kuraih jemarimu, kau mulai mencintaiku dan tak ingin aku hilang dari pandanganmu. Nampaknya, kau mulai mencintaiku. Aku berjalan mengarungi hari bersamamu, menghadapi datang dan pergimu, bergelut dengan rindu yang mungkin tidak kau mengerti. Hai, kamu jangan terlalu jauh untuk kugapai, dan aku yang sedang dalam keadaan sangat berharap ini sedang ketakutan jika kau tiba-tiba pergi seakan tak pernah terjadi apapun di antara kita. Malam ini, aku sedang dalam keadaan mempertanyakan semua, mempertanyakan perasaanmu padaku, mempertanyakan apa hubungan yang kita jalani selama ini, mempertanyakan semua arti pelukan, candaan, genggaman tangan kita yang selalu berhasil memabukkanku.
Dalam keadaan sering kehilangan kamu, aku selalu mempertanyakan apa yang Tuhan mau. Aku melihat dirimu sebagai sosok wanita yang tangguh, menyenangkan, pendengar yang baik, hanya saja keyakinan kita berbeda. Kamulah wanita yang selama ini kehadirannya selalu kutunggu. Wanita sepertimulah yang langka bagiku, yang sangat jarang masuk ke dalam hidupku. Ketika menemukanmu, aku seperti menemukan oase menyegarkan yang menghilangkan dahagaku. Dahaga karena terlalu sering berlari dan mencari hal yang tak pasti, haus yang dihasilkan karena aku terlalu sibuk menghindar, hingga aku lupa sebenarnya apa yang kucari selama ini.
Aku menatap matamu dan menyadari betapa semua ini bisa saja berakhir jika kau bosan. Aku ingin bilang padamu bahwa aku sayang padamu, karena selama ini kau sudah tunjukkan cinta yang membahagiakan untukku.
Rasanya aku ingin memberhentikan pencarianku padamu. Rasanya aku ingin kau jadi akhir dari kelanaku. Rasanya aku ingin hubungan kita bisa lebih lama dari yang pernah kubayangkan dan kutakutkan. Rasanya aku ingin bertanya, apakah kau mulai mencintai sosok lelaki yang tak pernah mengakui bahwa di luar dia adalah lelaki hebat sementara bersamamu dia merendahkan hatinya, mengecilkan egoisnya, melumat habis gengsinya, karena dia sangat mencintai kamu. Aku menunggumu menjadikanku tujuan, menjadi tempat kau selalu pulang, menjadi peluk tempat kamu meletakkan tangis.
Jika kau tahu lelaki ini sudah tersakiti bergitu parah, sudah pernah dilukai habis-habisan oleh wanita lainnya, masa, sih, kamu tak ingin membantunya untuk sama-sama bahagia dengan membuka hatimu. Walau selalu terlihat tertawa dan jenaka, sebenarnya di dalam hati ini ada perasaan yang masih kusembunyikan, aku mencintaimu dan sedang dalam keadaan sangat takut kehilangan kamu.
Sayang, aku butuh kamu.


MJK, July 2018.
S.A

Komentar

Postingan Populer