Kini Aku Ikhlas..
Suatu masa, dimasa silam. Tuhan pernah mempertemukan kita, aku sangat percaya bahwa Tuhanlah yang mengatur semuanya. Tak ada yang kebetulan di dunia ini, semua pasti ada alasannya, ada dasar dari semua kehendak-Nya. Aku juga pecaya bahwa setelah kamu membuat hatiku patah, pasti ada alasannya. Pasti ada jawaban kenapa Tuhan mengirim kamu sebagai pematah hatiku, sosok yang begitu kuinginkan. Bahwa memang semua yang menurut kita adalah baik, belum tentu baik juga menurut Tuhan dan yang menurut kita adalah tidak baik belum tidak baik juga menurut Tuhan. Mungkin benar katamu kalau aku memang terlalu baik untukmu. Kamu tidak pernah tahu bahwa tawaku selepas kepergianmu hanyalah kamuflase kesedihan dari sakit yang begitu ranum. Kamu juga pasti tidak tahu bahwa kamulah satu-satunya penyebab sakit ini kian mengangah.
Kamu penyebab segala rindu, alasan segala candu dan pemikat segala rasa. Kamu seperti dianugerahkan sebuah kekuatan untuk membuat hatiku kacau, yang berimbas pada hidupku yang semakin berantakan. Aku tak tahu lagi harus dengan kata apa untuk menahanmu pergi, aku tak tahu harus bagaimana lagi. Aku tak akan seegois itu untuk memintamu tetap disampingku, untuk tetap menemaniku menikmati senja yang sama dikota masing-masing. Pergilah, jika menurutmu meninggalkanku adalah pilihan yang terbaik. Aku tak akan mengganggu malam-malammu lagi, tak akan ada lagi sosok yang bisa kau bentak, tempat kamu meluapkan segala kekesalanmu, ketika menstruasi, ketika hidup kamu rasa tidak adil. Jika kamu bilang aku terlalu baik bagimu, semoga kamu tetap menemukan sosok yang lebih baik dariku. Karena aku percaya setiap wanita menginginkan lelaki yang baik sebagai pendampingnya.
Akan tidak akan tetap mendoakan yang baik-baik untukmu. Semoga kelak, di suatu masa kamu akan memenukan sosok yang mencintaimu lebih baik dari aku, yang lebih sabar dariku untuk menantimu. Semoga karma yang selama ini kamu bilang tidak terjadi padamu. Pergilah! Terima kasih atas semua rasa yang ada. Terima kasih atas semua warna yang kau berikan dihidupku. Terima kasih sudah singgah, kini aku ikhlas melepas kepergianmu. Aku terlau lelah, dan aku menyerah. Mau tidak mau, luka harus kuterima. Singgahlah sesekali jika kau rasa hidup tidak adil untukmu, tapi satu hal yang harus kamu ingat bahwa hatiku tidak akan sama lagi.
Kini, aku hanya tinggal berdo'a. Semoga semesta selalu berbaik sikap kepadaku. Tidak selalu mengingatkan hal-hal yang memperlambat pulih luka itu. Kamu tetaplah menjadi dirimu yang terus pergi. Melangkahlah semakin jauh tanpa pernah mengirimkan sapa kembali. Aku ingin menjadi diriku yang baru. Sesorang yang kamu lukai tanpa belas kasihan namun tetap hidup dan menjadi lebih baik dari hari lalu. Meski aku paham, segala yang terluka terlalu dalam tidak mudah dipulihkan dalam sekejap mata. Namun aku juga tahu, bahwa kita tidak akan pernah lebih dari sekedar masa lalu. Tetaplah diam disana, biar kurekatkan lagi segala yang tertikam di dada.
Kamu penyebab segala rindu, alasan segala candu dan pemikat segala rasa. Kamu seperti dianugerahkan sebuah kekuatan untuk membuat hatiku kacau, yang berimbas pada hidupku yang semakin berantakan. Aku tak tahu lagi harus dengan kata apa untuk menahanmu pergi, aku tak tahu harus bagaimana lagi. Aku tak akan seegois itu untuk memintamu tetap disampingku, untuk tetap menemaniku menikmati senja yang sama dikota masing-masing. Pergilah, jika menurutmu meninggalkanku adalah pilihan yang terbaik. Aku tak akan mengganggu malam-malammu lagi, tak akan ada lagi sosok yang bisa kau bentak, tempat kamu meluapkan segala kekesalanmu, ketika menstruasi, ketika hidup kamu rasa tidak adil. Jika kamu bilang aku terlalu baik bagimu, semoga kamu tetap menemukan sosok yang lebih baik dariku. Karena aku percaya setiap wanita menginginkan lelaki yang baik sebagai pendampingnya.
Akan tidak akan tetap mendoakan yang baik-baik untukmu. Semoga kelak, di suatu masa kamu akan memenukan sosok yang mencintaimu lebih baik dari aku, yang lebih sabar dariku untuk menantimu. Semoga karma yang selama ini kamu bilang tidak terjadi padamu. Pergilah! Terima kasih atas semua rasa yang ada. Terima kasih atas semua warna yang kau berikan dihidupku. Terima kasih sudah singgah, kini aku ikhlas melepas kepergianmu. Aku terlau lelah, dan aku menyerah. Mau tidak mau, luka harus kuterima. Singgahlah sesekali jika kau rasa hidup tidak adil untukmu, tapi satu hal yang harus kamu ingat bahwa hatiku tidak akan sama lagi.
Kini, aku hanya tinggal berdo'a. Semoga semesta selalu berbaik sikap kepadaku. Tidak selalu mengingatkan hal-hal yang memperlambat pulih luka itu. Kamu tetaplah menjadi dirimu yang terus pergi. Melangkahlah semakin jauh tanpa pernah mengirimkan sapa kembali. Aku ingin menjadi diriku yang baru. Sesorang yang kamu lukai tanpa belas kasihan namun tetap hidup dan menjadi lebih baik dari hari lalu. Meski aku paham, segala yang terluka terlalu dalam tidak mudah dipulihkan dalam sekejap mata. Namun aku juga tahu, bahwa kita tidak akan pernah lebih dari sekedar masa lalu. Tetaplah diam disana, biar kurekatkan lagi segala yang tertikam di dada.
Komentar
Posting Komentar