Tentang Kamu (yang telah mencipta rindu)

Masih ingat pertama kali kita berjumpa? Tak perlu indah pada pandangan pertama. Bahkan seperti biasa tanpa makna. Namun waktu membuat segalanya menjadi jelas. Bunga nan indah sepertimu terlalu sayang untuk dibiarkan tergeletak mengeja masalalu. Masih ingat pertama kali kita hangout? Mendengarmu bercerita mengenai pengalaman pertamamu didunia kerja yang pahit dan juga manis hehe. Iya, diatas motormu. Semua itu membuatku sibuk menahan air mata dan tawa.
Pertama kali melihatmu makan ice cream lalu meracau karena ice cream yang terlalu cepat meleleh, dan kamu tersenyum ketika kusampaikan pendapat untuk di filling saja ditempat kerja. Sudahlah, nikmati saja kesegarannya biarakan jemaritanganku yang menjadi sapu tangannya. Semua yang kulihat dan kudengar membuatku ingat. Kamu membekas dalam otakku dan aku juga semakin tak mengerti cara untuk mengusirmu dari hatiku, yang muncul dikepalaku hanya wajahmu yang tersenyuman.
Perasaan ini semakin sulit untuk dipertanggungjawabkan, terutama ketika kamu sering menghilang karena berbagai alasa. Dan, aku hanya mampu menunggu dengan sabar, meanatap ponsel dengan penuh harap, berharap ada pemberitahan darimu atau panggilan masuk darimu. Kamu menajdi bagian dari hari-hariku. Setiap malam, sebelum tidur kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu, tawa kecilmu, dongengmu, celotehmu, nakalmu,cemberutmu, dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam. Sehingga aku memilih untuk memendam.
Perasaan itu harusnya tumbuh karena proses yang cukup panjang. Itulah proses yang seharusnya aku lewati secara alamiah dan manusiawi. Akan tetapi, proses yang panjang itu tidak terjadi padaku. Pertama kali melihatmu, aku tahu suatu saat nanti kita bisa berada di status yang lebih spesial. Aku terlalu peanasaran ketika mengetahui kehadiranmu mulai mengisi kekosongan hatiku. Kebahagiaanku mulai hadir kala kamu menyapaku lebih dulu dalam pesan singkat, semua terasa begitu bahagia.
Sungguh kau yang paling mahir membuatku mendekat kearahmu,dan kau juga membuat aku takut untuk beranjak dari sisimu. Kau berhasil mengenalkanku dengan hal baru yang disebut rindu, lewat tatapan yang aku sebut pertemuan. Akupun selalu ingin jadi sesuatu yang meneduhkan layaknya rumah, agar selalu namaku yang teringat saat kauingin pulang. Titik dua bintang tetaplah menjadi tempat berpulang.

Komentar

Postingan Populer