Hari ini, iya 24 Juli 2017. Hari dimana aku akan membuat sebuah keputusan besar yang menyangkut karirku di perusahaan ini. Hari yang kupikir akan menjadi hari yang melelahkan dan menguras emosi. Hari yang dibenakku pasti akan menjadi hari yang membosankan. Hari yang akan kuingat karena amukan dari boss besar. Itulah secercah ketakutan-ketakutanku akan hari ini. Tapi semua ketakutan itu sepertinya akan menjadi nyata esok hari, karena hari ini boss besar dan boss kecil alpha dari kantor. Boss besar harus dinas luar karena suatu kepentingan, sedangkan boss kecil harus cuti karena salah satu anggota keluarganya sakit. 

Aku sangat bersyukur hari ini, rasa syukur yang lebih dari biasanya. Pertama, karena para boss-boss tidak dikantor. Kedua, karena pekerjaan hari ini sedikit berkurang - jadi bisa nulis ini - dari biasanya. Ketiga, tentu saja karena sosok yang mengisi setiap akhir sujud, do'a dan malamku hari ini terlihat begitu baik dan anggun. Keempat, karena aku bisa membuat percakapan lebih banyak dari biasanya. Kelima, karena dia - sosok yang begitu kuinginkan untuk duduk dibelakang jok motorku - duduk anggun dibelkangku diatas motornya - meskipun tidak diatas motorku, itu sudah lebih dari cukup - untuk makan siang. Keenam, karena aku bisa makan bersama dia - meskipun rame-rame - dengan sungging senyum di bibirnya yang begitu indah tanpa balutan lipstik, begitu sederhana namun sangat elegan. Ketujuh, - ini yang sangat kusyukuri - aku bisa berlama-lama menatap lekat wajahnya tanpa sedikitpun ada cemas. Menikmati caranya makan, menikmati caranya minum, menikmati caranya mengomel gara-gara kerupuk, menikmati caranya berlama-lama menyantap menunya. tidak ada masalah bagiku, aku malah suka, kalau bisa seharian penuh menatapnya makan aku siap. Menikmati setiap lekukan wajahnya, setiap tatapannya yang aneh namun tetap terlihat mempesona dimataku. 

Aku harus mengucapkan banyak terima kasih juga ke sahabatku, karena lewat dia aku bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan pujaan hati. Meski diatas motor harus merinding dan entah harus memulai obrolan dengan bahasan apa. Jantungku pun seakan menertawakanku juga, dia berdetak lebih kencang dari biasanya. Gugup, tegang, dan hampir tidak percaya, mimpi beberapa bulan kebelakan itu jadi nyata. Sangat kunikmati setiap detik bersamanya, karena kesempatan ini sangat langkah. Bagiku dia adalah jawaban segala do'a-do'aku selama ini, tujuan dari setiap langkah. Dia berbeda dengan perempuan-perempuan lainnya yang dengan mudah "klepek-klepek" oleh kata-kata puitis. Tapi dia, tidak mempan dengan semua itu, dan seketika nyaliku pun menciut ketika akan kucoba untuk mengirimkan pesan dengan kalimat-kalimat puitis nan indah kepadanya. 

Dia adalah tipe perempuan yang tidak mudah didapatkan, sangat jujur dengan pandangannya. Dan yang paling penting, ibadahnya tidak pernah lalai. Hal itu yang membuat aku tergila-gila, seakan "mati kutu" jika didekatnya. Hanya bisa diam ditempat yang agak jauh, dan menkimati menatapnya dengan diam-diam. Perempuan yang hanya bisa kujangkau lewat do'a-do'a di setiap sujud terakhirku, dipenghujung do'aku, disepertiga malamku, disela-sela adzan dan iqamah, diantara dua khutbah jum'at, namanya sudah terlantun indah dengan sendirinya karena bagiku itu jauh lebih puitis. Dia adalah sosok yang sering kuperincangkan dengan Tuhan selama ini. Tanpa pernah meminta untuk didekatkan denganku, karena bagiku itu sangat egois. Kuiarkan dia dengan bahagianya sendiri, entah itu aku atau bukan alasan bahagianya. Selama dia masih disini, didalam hatiku, itu sudah lebih dari cukup. 

Terima kasih untuk hari ini, dan hari-hari sebelumnya.
Engkau telah menyempatkan waktu untuk menolehku.
Maaf, karena namamu tak pernah alpha dalam doaku.

Dariku, yang memelukmu dengan do'a. 

Komentar

Postingan Populer