Kujadikan kau puisi
Pada malam yang jatuh bersama rintik hujan, suara dari senyummu adalah puisi yang diam-diam kurindukan.
Jika rindu itu tanya, mungkin kau yang menetap dalam dekap adalah jawabannya.
Berpuluh-puluh mil kulewati untuk menyembunyikan namamu. Tapi tak pernah kutemukan tempat terbaik selain dalam ingatan.
Dan selalu ada rindu yang mulai tertata karenamu, kini aku benar-benar tak sanggup mengelabui rasa.
Ya Allah, lapangkanlah hatinya. Agar sebesar-besarnya cintaku, tak menyesakkan dadanya.
Karena kau serupa cuaca, tak bisa ditebak. Aku tak pernah tau apa yang ada dibalik kata-katamu yang tersembunyi. Tak kuketahui.
Aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali merindukan seseorang sesakit ini. Tapi anehnya, aku suka melakukannya.
Dan apabila saatnya kau temui aku, jangan lupa sesekali bawa kerinduan kita yang kau simpan rapi direlung kesunyianmu.
Jika rindu itu tanya, mungkin kau yang menetap dalam dekap adalah jawabannya.
Berpuluh-puluh mil kulewati untuk menyembunyikan namamu. Tapi tak pernah kutemukan tempat terbaik selain dalam ingatan.
Dan selalu ada rindu yang mulai tertata karenamu, kini aku benar-benar tak sanggup mengelabui rasa.
Ya Allah, lapangkanlah hatinya. Agar sebesar-besarnya cintaku, tak menyesakkan dadanya.
Karena kau serupa cuaca, tak bisa ditebak. Aku tak pernah tau apa yang ada dibalik kata-katamu yang tersembunyi. Tak kuketahui.
Aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali merindukan seseorang sesakit ini. Tapi anehnya, aku suka melakukannya.
Dan apabila saatnya kau temui aku, jangan lupa sesekali bawa kerinduan kita yang kau simpan rapi direlung kesunyianmu.
Komentar
Posting Komentar